Mengapa Nilai UN Bahasa Indonesia Rendah?

Written By Ambononline.com on Rabu, 08 Juni 2011 | 10.52

JAKARTA, Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas), Fasli Jalal mengatakan, ada beberapa hal yang memicu rendahnya nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam ujian nasional (UN) tahun 2011 ini. Pembelajaran Bahasa Indonesia, menurut Fasli, seyogianya dimulai dari bangku sekolah dasar (SD). Ia menilai, banyaknya guru SD yang belum berjenjang pendidikan S1, membuat kendala tersendiri dalam proses pembelajarannya.

"Bagaimana membuat pembelajaran Bahasa Indonesia itu menarik dan mampu merangsang minat baca, itulah tantangannya. Sebab, bahan bacaan tidak tersedia. Perpustakaan (terutama di SD) masih belum begitu berkembang. Kalau pun ada, apakah gurunya mau memfasilitasi? Karena merangsang minat baca misalnya dimulai dengan membacakan," kata Fasli, Selasa (7/6/2011) malam, di Jakarta.

Setelah membaca, sambung Fasli, para siswa hendaknya dibiarkan menulis satu atau dua paragraf. Tetapi, ungkapnya, ada masalah lain, yaitu adanya guru yang malas memeriksa tulisan para siswanya. "Masalahnya, tulisan tersebut harus diperiksa. Guru suka malas, akhirnya terjadi pendangkalan," ujarnya.

Menurut Fasli, belajar Bahasa Indonesia itu laiknya berolahraga. Selain dari hati, juga harus berangkat dari kesukaan. Semakin sering berlatih, maka akan semakin terampil. Begitupun sebaliknya, semua menjadi berat, ketika sedikit saja kita tidak berlatih. "Belajar Bahasa Indonesia itu harus dari hati, harus rajin, karena ini seperti olahraga. Sekali dia tidak diasah, sedikit saja sudah berat. Tetapi jika dia atlit, dia akan lahap terus, dia makin lapar dengan bahan bacaan. Biasanya dari membaca, dia punya ide untuk menulis. Walaupun tidak semua, tapi minimal ada satu hal yang mau dia sampaikan," kata Fasli.

Fasli menambahkan, "Kata Taufik Ismail, anak sekolah Indonesia rabun membaca, lumpuh menulis itu bisa kita kurangi. Kebiasaan membaca akan membuat daya tangkap lebih dalam dan terbiasa membaca cepat. Biasanya yang diuji adalah soal seperti itu. Sebuah artikel, dalam waktu pendek, harus dibaca, dipahami, dan kemudian dijawab. Jika dia jarang membaca, mudah sekali dia jatuh dan masalah utamanya adalah cara pengajaran mata pelajaran tersebut," paparnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Berita Lain